Aku dan Arion bersiap hendak sarapan ketika bel apartemen tiba-tiba berbunyi. Arion menatapku seolah bertanya siapa orang yang bertamu pagi-pagi. Penghuni apartemen ini rata-rata masih single. Hubungan kami juga tidak terlalu dekat dengan mereka karena biasanya mereka berangkat kerja saat matahari baru terbit, lalu pulang ketika hari sudah gelap. Jarang ada tetangga yang bertamu, apalagi saat waktu masih sepagi ini.
Namun, aku bisa menebak siapa yang nekat menekan bel di luar sana. Bocah tengil itu sepertinya sengaja bertamu saat kami sedang sarapan bersama.
“Biar aku lihat dulu.”
Ketika Arion berjalan menuju pintu, aku buru-buru berlari masuk ke kamar. Sejurus kemudian, aku cepat-cepat mengganti daster hello kitty-ku dengan pakaian panjang, lalu mengenakan hijab instan. Saat aku keluar kamar dan berjalan menyusul Arion, aku hanya bisa menggelengkan kepala seraya menatap jengkel sosok laki-laki yang melambaikan tangan ke arahku. Arion masih belum mempersilakan masuk tamu tak diundang itu. Mereka hanya bergeming di batas pintu.
“Jadi, Vita Jelly belum bilang kalau gue sekarang tinggal di unit sebelah?” 1
Aku memelototi Yuris saat dia melirikku. Jika dia sampai berbicara macam-macam, aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan dengannya.
Arion rupanya hanya diam. Entah bagaimana air mukanya saat ini karena aku berdiri di belakangnya. Yuris melongokkan kepala ke dalam. "Kalian baru mau sarapan?” 2
Antara pantry dan ruang santai yang mengarah ke pintu keluar ini memang tidak disekat apa pun. Aku yakin, laki-laki berkaus oblong warna hitam dan celana jins yang robek di bagian lutut itu bisa melihat ada menu makanan yang sudah terhidang di atas meja pantry.
Dia mengusap perutnya—yang kuyakin—pura-pura menahan lapar. “Kebetulan gue belum sempet makan tadi malam. Apa gue boleh gabung sama kalian? Anggap saja ini untuk menyambut tetangga baru.”
Aku berdecih pelan. Tetangga baru macam apa yang langsung minta—numpang—makan di rumah orang lain? Kupikir hanya Yuris yang berani blak-blakan seperti itu. Dan kini aku mulai mengerti, permainan apa yang dimaksud laki-laki itu.
Tunggu! Aku baru sadar dia berbicara menggunakan gue-lo ke Arion. Padahal denganku, termasuk Agni dan Davina, dia selalu memakai aku-kamu.
“Gimana?” tanyanya seraya menatap Arion, lalu beralih sekilas kepadaku meminta persetujuan, kemudian kembali memandang Arion. “Vita Jelly sudah setuju, berarti gue boleh makan sekalian di sini, kan?”
Aku tercengang. Bocah tengil ini bener-bener.
“Aku nggak bilang setuju, ya!” sergahku kesal.
“Konon katanya yang diucap wanita itu selalu bertolak belakang dengan yang diinginkannya. Kalau kamu bilang nggak setuju berarti aku boleh numpang sarapan di sini.”
Aku ternganga. Memang susah berhadapan dengan makhluk menyebalkan ini.
“Gue boleh masuk, kan?” tanyanya pada Arion.
Kudengar laki-laki itu menghela napas panjang, lalu bergerak menyingkir memberi jalan. Sejurus kemudian—dengan tidak tahu malunya, Yuris berjalan masuk menuju pantry lebih dulu. 5
Sebelum menyusulnya, aku dan Arion bersipandang sejenak. Aku hanya meringis kikuk kepadanya. Dia mungkin kesal denganku karena makhluk pengganggu bernama Yuris itu tiba-tiba muncul di apartemen kami, lalu memaksa ikut bergabung untuk sarapan bersama.
Sesampainya di meja pantry, aku duduk di stool yang sebelumnya kududuki. Arion memilih duduk di sebelahku. Sedang Yuris sudah lebih dulu bergeming tepat di depan Arion.
“Kenapa kamu nggak ngambilin nasi buat aku sekalian, Vit?” protes Yuris setelah aku mengambilkan nasi, cumi asam pedas dan brokoli cah tofu untuk Arion.
“Ambil sendiri kan bisa,” sewotku tak peduli.
“Biasanya dulu kamu sering ambilin aku makan, kan? Masa lupa?” 9
Aku melotot tajam kepadanya. Dia sepertinya sengaja mengarang cerita untuk membuat Arion cemburu. “Memangnya kapan aku sampai khilaf ngambilin kamu makan?” tanyaku terdengar ketus.
“Dulu. Waktu kita masih SMA. Sering malah.”
Aku ternganga. Jangan bilang yang dia maksud itu saat dia terbiasa merebut makanan yang baru kupesan, lalu memintaku memesan lagi?
“Lagian, kalian sebenernya ikhlas nggak, sih? Masa nyambut tetangga baru cuman dianggurin kayak gini?” Dia menunjuk ke arah meja yang belum tersedia piring di sana.
Aku menghela napas kasar. Lalu, beringsut mengambil piring di lemari kabinet. Karena malas berdebat lagi, aku terpaksa mengambilkan nasi untuknya.
Namun, ketika kupegang centong, Arion menahanku. “Biar aku saja yang ambilin.” Dia mengambil alih piring dan centong dari tanganku. 9
“Wow ... CEO KelasSeru sampai rela ngambilin makanan buat seorang vloger kelas bawah?” celetuk Yuris dengan pandangan takjub yang dibuat-buat. 2
Arion tidak mengacuhkan nyinyiran Yuris. Laki-laki itu tetap meneruskan mengambil cumi asam pedas dan brokoli cah tofu. Lalu, menyodorkan pada Yuris tanpa sepatah kata pun.
“Seharusnya gue bawa kamera tersembunyi tadi. Kalau gue posting di You Tube pasti langsung masuk trending sepuluh besar. Subscribers channel gue mungkin naik dua kali lipat,” oceh Yuris sekenanya seraya menerima piring yang disodorkan Arion. 3
Aku hanya memutar bola mata malas, lalu memilih menekuri sarapanku. Arion pun sepertinya juga berusaha tidak terganggu dengan keberadaan Yuris. Laki-laki itu benar-benar menganggap Yuris seperti makhluk tak kasat mata.
“Cumi asam pedasnya enak juga. Tapi, gue nggak yakin ini masakannya Vita Jelly,” kata Yuris di sela-sela makanannya.
Cumi asam pedas itu memang buatan Arion. Buatanku masih alot dan bau amis. Makanya, khusus pagi ini, dia yang memasak untukku—sekaligus mengajariku.
“Itu masakan kami. Kami membuatnya bersama-sama tadi.”
Suara Arion yang tiba-tiba itu membuatku terlongo sendiri. Apa katanya tadi? Masakan kami?
“Oh, ya? Kedengerannya romantis. Tapi, tadi Vita Jelly nggak bikin dapur kebakaran, kan?”
“Istriku sudah terbiasa memasak untuk saya.” 2
Kebengonganku makin bertambah. Tidak biasanya Arion seperti ini. Anehnya, dia lebih memilih menyebut “istriku” ketimbang namaku di depan Yuris. Padahal dia membahasakan dirinya dengan “saya” agar terkesan formal. 1
Saat kulirik Yuris, laki-laki itu menatapku dengan sorot kekaguman yang—lagi-lagi—dibuat-buat. “Vita Jelly sekarang sudah pinter masak? Ini kabar yang langka. Mungkin kapan-kapan gue bisa nyicipin makanan yang dia buat.” 1
“Tapi, istriku hanya memasak untuk suaminya.” 20
Aku spontan menoleh pada Arion. Tatapan laki-laki itu lurus. Tidak tajam, namun terlihat tegas. Raut wajahnya masih menampilkan ekspresi tenang.
Kedua sudut bibirku sedikit terangkat ke atas. Jika tadi aku begitu kesal dengan Yuris, kenapa kini aku malah mendukung permainannya? Menyenangkan sekali rasanya mendapati Arion berubah seperti ini.
Ya, meskipun ekspresinya ketika cemburu itu tidak seperti tokoh dalam novel yang biasa kubaca. Namun, bagaimana dia cemburu pada Yuris sudah membuatku bahagia. 1
Setidaknya dia mulai menganggapku berharga untuknya. Entah bagaimana perasaannya padaku.
“Sebagai suami, harusnya lo ngajarin istri itu suka berbagi. Apalagi berbagi makanan sama tetangga dekat.”
Arion hanya diam. Tidak mencoba menanggapi perkataan Yuris.
Aku berusaha menahan senyum. Laki-laki tengil itu memang paling pintar membuat lawan bicaranya kalah berdebat. Apalagi dengan Arion yang irit bicara terutama dengan orang yang belum terlalu dikenalnya.
“Karena kita sudah lumayan akrab, gimana kalau gue panggil lo Yoyon saja?” 29
Aku hampir tersedak ketika Yuris menyebut Arion dengan Yoyon.
“Panggilan Yoyon mungkin akan membuat kita makin dekat. Lo juga boleh punya panggilan khusus buat gue.” 1
Aku melirik Arion. Sekadar penasaran bagaimana reaksinya. Sesuai karakternya, laki-laki itu memilih tidak menanggapi ocehan Yuris. Dalam diam, dia kembali menekuri sarapannya dan menyuap pelan makanannya.
Aku beralih menatap tajam Yuris. Bagaimana bisa nama sebagus Arion, diganti menjadi Yoyon? Bocah tengil itu sungguh keterlaluan. Dia sengaja membuat jengkel Arion dengan panggilan konyolnya itu.
Andai Arion tipikal laki-laki nyinyir seperti Yuris, mungkin dia akan membalas seperti ini, “Bagaimana kalau saya memanggilmu Yuyu?” 41
Bukannya bertambah kesal, tawaku justru hampir tersembur andai tidak cepat-cepat kubekap mulutku. 1
TBC
***
Ketika Yoyon ketemu Yuyu .... 33
Kok, geli, ya? 😝😝 1