Rasa
Hidupku seperti dongeng, tak akan ada yang percaya dengan kondisiku.. Aku seorang wanita lemah yang mencoba kuat dan saat aku mulai goyah akan kekuatanku, maka datanglah sang penolong yang ntah darimana asalnya.. Belum lagi aku punya keluarga yang begitu indah.. Seperti dongeng bukan ? itulah hidupku.. jika kau percaya silahkan dan jika kau tak percaya tak apa.. karena yang hanya TUHAN yang tau mengapa dia garisnya cobaan ini dan belas kasih ini padaku..Seperti biasa, kulalui hariku dengan senyuman.. Dan masih saja dengan senyum indah.. Aku selalu mengukir tawa bersama teman-temanku, baik teman sekelas, teman organisasi, bahkan teman apapun.. yaa.. aku suka berteman namun aku tertutup.. Aku rasa kau bisa membayangkannya.. sesosok misterius namun punya banyak teman ( ini kata mereka yang mengenalku, termasuk tara )..
-------------
" hari ini sibuk queen?" lara menghampiriku yang sedang menikmati sepinya taman kampus.
" eh.. kagak sih.. napa ra ?" aku bertanya heran
" nggak ngelesin.? "
" anaknya minta libur, pusing otaknya belajar molok " aku menjawab sambil tersenyum
" naah.. kamu sih.. kebanyakan kasih contoh soal kedia.. makannya dia pusing tuh " lara mencoba bercanda " kita mau nonton nih, ikut yuk "
" ehmm.. nggak bisa ra.. "
" nape sih ?" lara bertanya heran
" nggak apa.. nggak bisa ajah.. "
" ayooo napa queen.. jarang2 juga nonton bareng anak2 " belum aku menjawab lara, hapeku berbunyi.. kulihat layar.. tara.. aku angkat tlp dari tara dan menyuruh lara menunggu " ntar ra " dia hanya mengangguk megerti..
" kenapa ?"
" diiih.. main nyosor ajah.. "
" alah.. udah bilang geh nape.?"
" ntar malam ikut kagak ?"
" kemana ?"
" laah.. masak nggak tau.. anak2 kan mau nonton.. nggak diajak emang ?"
" iya.. tapi nggak bisa.."
" ada jadwal les ya ?"
" nggak.. nggak bisa ajah "
" nggak jelas.. udah aku jemput jam 7 teng nggak pake lama.. dahh " aku hendak mengangakan mulutku namun tlp tara sudah mati.. Sialan banget nih anak main matiin tlp, pake ngatur segala lagi.. untung ajah temen baik ku, kalo nggak udah abis aku omelin.. Lara sepertinya mengerti kekesalanku, dia mencoba melanjutkan bahasan kami..
" gimana queen ? ikut kan ?"
" iya deh.." aku tersenyum kepada lara
" siip.. kumpul di halte kampus ya ntar malam.. aku cabut dulu, mau makan.. laper soalnya " pamit lara sambil nyengir kuda
" makan yg banyak biar semok " aku meneriakinya
" nanti kamu ada saingannya lagi "
" sialan kamu.. " kalo soal fisik, aku termasuk wanita yang kelebihan berat badan dari berat badan idealku
-------------
" lama amat sih ?" tara sudah mengomel didepan kosanku.
" sorry lah.. udah yuk ah " aku sudah bersiap naik diboncengan tara
" pegangan ya "
" ogah.. udah buruan, anak2 pada nungguin tuh.."
Kami berangkat menuju halte kampus, disana sudah ada beberapa anak yang bisa ikut nonton bersama dan tentu saja tanpa sepengetahuanku, tiket sudah dipesan, tara yang membayar tiketku.. Setelah semua berkumpul, kami pergi ketempat kami akan menonton bersama.
Kadang aku merasa seperti fakir miskin yang selalu dikasihani oleh beberapa orang dalam hidupku, namun.. mereka tak pernah menganggapku seperti itu.. Setidaknya belum dan aku juga tak tau isi hati mereka.. Miris memang menjadi aku, jangan untuk berfoya-foya sedikit saja.. Untuk makan saja aku lebih memilih masak sendiri daripada beli.. Jika memang terpaksa beli, maka aku akan membeli dan itupun dengan paket hemat sekali.. Bukan karena aku pelit, tapi aku lebih memilih uangku tersimpan untuk keluargaku.. Tapi ya tetap saja, aku seperti pelit pake banget..
Pernah, aku memilih untuk sehari sekali dengan makanan yang hanya nasi putih dan tempe goreng karena ibu membutuhkan uang yang sedikit besar.. Aku tak pernah bilang pada ibu/adik2 ku, ya aku selalu berkata.. aku disini baik2 saja dan akan selalu baik2 saja.. Bahkan ketika aku sakit pun, aku selalu berkata baik2 saja, walau ibu tau bahwa aku sakit.. Tapi, aku selalu mencoba menjadi kuat walau itu sering menyakitkanku..
--------------
" kamu duduk sebelahku "
" eh.. kenapa harus disebelah mu loh ?"
" ya pokoknya sebelahku ajah "
" nggak jelas, nggak mau "
" udah ah.. sini aja.. bareng aku nanti " dia menarik tanganku menuju pintu masuk bioskop
" apaan sih ? diliat yg lain loh "
" biarin lah.. mereka toh cuek "
" lepas aah " aku menarik tanganku
" udaah jangan ngeyel geh " dia masih bersikukuh memegang tanganku
" woooi.. kayak anak kecil ajah main tarik2an di bioskop.. " ardi tertawa mengejek melihat tingkah kami..
" tau nih tara.. resek " aku menimpalkan kesalahan ketara
" ya kamu bandel dibilangin "
" udaah lah.. malu.. dikira orang pacaran lagi ngembek-ngembekan ntar " lara menimpali, dan puas sudah aku menjadi bullyan mereka gara-gara cecunguk satu ini.
" kira kambing apa ?" ardi balik nanya
" trus maksudmu sapi gitu ?" aku balik menjawab sewot
" bukan aku yang bilang yaa " lara mencoba melakukan pembelaan
" udah aah.. yuk antri.. udah dibuka tuh " saran novi seertinya lebih baik. aku buru-buru mengambil antrian masuk.. dan sialan, aku lupa.. tiketku kan di tara.. dan memang aku harus duduk disebelahnya.. dia sudah muncul disampingku sambil senyum ke petugas tiket.
" nih mbak, berdua " aku sangat membenci ekspresi senyum kemenangannya saat itu.. nih anak, nyebelin banget sih..
" udah jangan manyun ajah, yuk" aku mengikutinya dari belakang dan dia menang, dia memegang tanganku dan mengarahkan kami ke bangku tempat kami akan menonton selama 2 jam kedepan, disampingku..
Tak ada yang istimewa.. malam ini terlihat biasa saja.. walau tara disebelaku, rasanya tak bisa aku mengerti..perasaan yang terkadang muncul dihatiku entah apanamanya.. sesekali ku lirik dia, senyumnya, wajah teduhnya, semuanya terasa menyenangkan, aku bersyukur dia ada disampingku menjadi sahabat yang mengertiku.. Walau dalam hubungan sepasang manusia tak pernah ada kata sahabat, teman, kakak/adik atau apalah istilahnya.. Dan diantara kami pasti mempunyai rasa yang bebeda.. rasa yang terkadang tak bisa kami ungkapkan dan hanya kami pendam semata.. dan biarkan aku sejenak memandangnya dalam diamku.. mencoba memberi arti akan rasa yang ntah sejak kapan mulai timbul dalam hatiku..
------------------
" abis ini kemana ?" ardi bertanya kepada kami
" nongkrong di angkringan yuk " lara sudah semangat
" aku pulang deh.. capek " aku menolak ajakan mereka
" nggak asik nih.. ikut dong.. jarang2 juga " lara sudah mulai dengan bawelnya
" queen nggak bisa capek la " tara melakukan pembelaan ke lara, aku langsung mencubitnya.. karena tak ada yang tau jika kondisiku sangat lemah, mereka hanya tau aku cewek yang kuat karena semua aktivitas aku lakukan bahkan sampai kerja paruh waktu, hanya tara yang memang benar mengerti kondisiku.
" loh.. beneran queen.. sakit apa emang ?" novi yang pendiam pun ikut nimbrung.
" nggak nov, cuma takut kecapekan ajah.. " aku menjawabnya dengan senyuman
" ya udahlah kalo nggak bisa, lain waktukan queen bisa ikut.. kalian ajah yang pergi nggak apa kok.. aku biar antar queen pulang.." tara manawarkan solusi
" ya kamu nggak ikut juga.. namba sepilah " lara memanyunkan mulutnya
" udahlah ra.. lebay amat.. kami duluan deh ya " tara bermaitan ke mereka dan aku juga ikut pamitan " duluan yaa "
" hati2 loh.. antar sampe rumah ra, jangan disinggahin yaa " ardi menggoda nakal..
Aku menatapnya dengan tatapan melotot, dia hanya tersenyum kuda.. bahkan yang lain pun ikutan mengoda karenanya.. Tapi sudah lah mereka teman terbaikku.. dan tara, entah kenapa wajahnya sedikit bersemu memandangku.. sepertinya dia mulai aneh...
--------------
" beneran langsung pulang nih ?" tara bertanya padaku ditengah perjalanan
" hah.. apa ?" aku tak begitu jelas mendengar suaranya
" langsung pulang ?" dia semakin mengeraskan suaranya
" eh.. iyaaa.. emang mau kemana ?"
" laah.. mala tanyaa.. kan tadi kamu yg minta pulang "
" yodah pulang ajah "
" kalo jalan, mau ?" dia memperlambat laju motornya
" terserah .."
" jangan terserahlah.. keputusan bersama.. main terserah ajah.. nanti diajak jalan manyun muluk kan nggak lucu "
" yaudah loh kalo mau jalan "
" diih.. sewot.. beneran mau "
" iyaaa.. tanya lagi, aku cubit kamu "
" iyaa.. iyaa.. galak amat.. jadi mau kemana ?"
" terserah looooh raaa.. aku ikut ajah "
" yaudah, keliling doang mau ?"
" iyaaa... biarin aku diem tapi ya "
"........." dia sepertinya mengerti yang aku maksud..
Kami menghabiskan waktu bersama dalam diam, mengelilingi kota yang tak asing bagiku.. karena kta ini mempunyai banyak kisah dalam hidupku, bahkan sebelum aku berkuliah disini.. kota ini sudah memendam kisah yang tak pernah habis dalam hidupku.. ya kota yang memberikan kenakangan manis dan pahit dalam hidupku.. kota yang menjadi saksi atas semua yang aku alami dalam getirnya hidupku, kota masa remajaku yang tak pernah aku lupakan sampai kapanpun..
NEXT PART 9