Karena Baru Pertama
Tubuhku begitu lemah pagi ini, bakan aku berencana pulang sebelum fida bangun pun tak bisa.. Aku memilih diam ditempat tidurku.. entah apa yang terjadi tapi ada yang tak beres dalam diriku, mungkin aku terlalu capek atau entahlah.. Aku memilih diam dikasur, sementara fida kurasakan sudah beranjak dari kasur dan sepertinya dia akan mandi untuk menyegarkan dirinya..
" queen.. " dia memanggil ku lembut..
" hemmmm " aku mencoba menjawab dengan suara lemah ku.. fida menghampiriku dan memegang keningku " panas banget queen.. kamu sakit ini, kita ke dokter ya"
" nggak fi, istirahat bentar nanti juga sembuh kok "
" kedokter pokoknya, aku tlp taxi dulu " belum sempat aku melarangnya, dia sudah menelepon taxi, dia terlalu kahwatir kali ini.
" kita ke dokter langganan ku aja queen "
" aku punya dokter langganan fi, paling juga sakit biasa kok "
" udah kamu ikut aku ajah ya " dia berkata lembut dan aku hanya diam mengiyakan karena kondisiku yang sudah lemah ya sangat lemah..
"tiiiiinnnnnn " terdengar suara klakson samar-samar dari dalam kamar fida.. " mbak, taxinya didepan tuh " salah satu penghuni kos fida dengan pakaian super minimnya datang kekamar fida " ada pelanggan ya ?" dia sedikit melirikku yang ada dikasur " eh.. aku kira mau kerja.."
" nggak temenku sakit, jadi mau kedokter "
" ooh.. cepet sembuh deh.. aku balik dulu mbak " dia pergi berlalu dari kamar fida
" siapa fi "
" perek " dia menjawab dengan snatai
" kok kamu gitu.? sama dong dia sama aku " aku sedikit terhenyak mendengar jawaban fida.
" beda.. kalo dia emang perek, kalo kamu bukan.. liat ajah gayanya " fida mengambil tasnya dan membantuku berdiri " kuat kan ?"
" iya.. aku udah biasa sakit kok " aku membalasnya dengan senyum
" kamu berat juga ternyata "
" kemana ajah kamu " kami masih bisa bercanda disela jalan menuju taxi.
Saat kami tiba ditaxi, pak supir membukakan pintu tanpa basa basi seperti kebanyakan supir taxi.. Sepertinya dia mengerti kalau kami tak ingin berbasa basi.
" ke xxxx ya pak " fida menyebutkan alamat lengkap kepada pak supir yang di jawab dengan anggukan saja.
Dan didalam taxi kami hanya diam, mungkin fida tak menyukai jika obrolan kami didengar oleh pak supir.. Tak berapa lama didalam taxi, kami sudah sampai di tempat yang fida intruksikan dan kami turun dari taxi.. Aku melihat sekeliling.. Perumahan yang begitu mewah, dan kami memasuki salah satu rumah yang berjejer di perumahan itu.. bahkan untuk membaca plang namanya saja aku tak kuat berlama.. tak ada yang aneh saat akan memasuki rumah itu, namun setibanya didalam.. Aku mengerti, ini bukan dokter umum.. ya kalian pasti sudah tau dokter bagian apa bukan..
Aku berbaring di kasur pasien, badanku masih terasa amat lemah.. Sementara fida mungkin sedikit berbincang pada dokter itu.. Awalnya aku disuguhi oleh wajah sinis nya saat dia tau aku datang kepadanya, namun entah apa yang dikatakan fida dia menjadi lembut terhadapku, setidaknya itu tak menggangguku..
Dia tak banyak bertanya padaku, hanya memeriksa suhu tubuh dan beberapa bagian lain.. Dan tentu saja dengan keterkejutanku dia memeriksa bagian kemaluanku dengan hati yang sebelumnya meminta ijin ke padaku.. aku memandang fida sesaat yang memberikan anggukan dan aku memperbolehkannya dengan anggukan.. Mungkin ini yang ditakutkan fida sehingga dia bersikeras untuk ke dokternya.. Selesai mengecek semuanya, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun.. Sementara aku melihat raut kegelisahan di wajah fida dan aku, aku hanya bisa menerima apa yang terjadi pada diriku terlepas dari baik atau buruk semua itu, ya aku menerima konsekuensi yang akan terjadi.. Dan dokter itu menyadarkanku dari lamunan yang akan membuatku semakin terpuruk..
" nggak apa kok ini, cuma demam biasa " dokter berkata menghibur, dan fida menarik nafas dalam kelegaannya.. aku hanya bisa bersyukur " cuma kaget ajah mbaknya.. karena baru pertama.. untuk beberapa wanita wajar mengalami ini.. bla bla.. " dokter itu menjelaskan dan memberikan resep obat untuk mengurangi demam dan nyeri pada daerah kemaluanku, mungkin. Karena aku sudah tidak fokus mendengarkannya..
Tak berapa lama kami pulang.. tentu saja dengan taxi karena tak mungkin juga naik angkot diepan perumahan mewah..
--------------------
" kamu disini ajah sampe sembuh ya "
" nggak bisa fi, adek ku gimana ?"
" kalo kamu dikos juga dia nggak bisa jaga kamu, dia kuliah dari pagi sampe sore.. nah.. kalo disini aku bisa TA kan "
" tapi anda sendiri fi "
" queen untuk kali ini stop mikirin mereka "
" nggak bisa fi "
" kadang mereka yang kamu pikir masih membutuhkanmu sudah lebih mandiri dari yang kamu pikirkan.. dan mereka sudah menjadi dewasa dari yang kamu sadari " fida berkata lembut, dan aku hanya terdiam.. Aku tau adik2ku akan dewasa, tapi untuk sekarang mereka masih membutuhkanku.. tapi, ya sudahlah..
" nanti aku tlp anda, kasih penjelasan ke dia.. pokoknya kamu harus disini "
" iyaa.."
" yodah abisin tuh buryam nya "
" iyaa sabar " aku melahap perlahan buryam yang dibelikan fida.. selepas makan tentu saja aku minum obat dan istirahat..
------------------
" mau kerja ?"
" iyaa.. kamu istirahat ya.. kalo malam kan nggak serewel siang "
" emang aku rewel apa ?"
" nggak sih, tapi ngebo muluk " fida tertawa mengejekku
" namanya sakit " aku membela diri
" besok jangan kuliah dulu, aku antar surat ke kampusmu ntar "
" aku udah bisa kuliah kok "
" udah jangan bandel deh.. "
" galak amir "
" kayak kamu nggak ajah" dia menjawa sekenahnya.. dan masih berdandan ala fida.. ya fida yang suka memoles wajahnya dan memperhatikan penampilannya.. aku masih melihat dan memperhatikannya dari kaca..
" kenapa ?" dia memalingkan wajah ke arahku karena melihatku tersenyum saat dia memainkan eyeliner di matanya.
" kamu cantik " aku tersenyum lembut kepadanya
" kamu juga, teramat cantik mala " dia tersenyum membalasku
" amiin.. makasih dot "
" entookkk " dia membalas ejekanku, dan mengingatkanku akan seseorang.. ya seseorang yang memanggilku entok.. masih dalam lamunan akan sosok itu, fida membuyarkannya..
" eh.. aku masih penasaran nih "
" penasaran kenapa ? "
" jangan marah ya ?" dia memberikan ekspresi cengiran yang menakutkan
" nggak, kenapa ?"
" kok kamu bisa demam ya.? bukannya dia masih baru ya atau jangan2 dia udah pengalaman "
" apaan sih.. " aku membalas sewot
" kan janji nggak marah.. abisnya kamu sampe sakit sih " aku menarik nafas dalam dan mencoba menegarkan diriku..
" iya dia baru.."
" tau darimana "
" dimana lubangnya ajah dia nggak tau.." aku berkata lemah yang disambut dengan tawa oleh fida.. " apaan sih mala ketawa "
" sorry queen, bukannya aku nggak ngerti perasaanmu.. tapi aku lucu ajah bayanginnya "
" jangan dibayangin, aku bisa nangis "
" kamu masih sama queen "
" maksudnya ?"
" iya.. masih queen yang aku kenal dan menggemaskan kalo godain kamu " dia menghampiriku dan mengusap kepalaku.. yaa.. lagi mengingatkanku pada tara dan tama yang sering melakukan itu kepadaku.. Ah.. kenapa sesalu ada kenangan yang mengingatkan mereka berdua.. dan kenapa selalu mereka dalam hariku yang singkat.. kenapa semuanya tentang mereka.. kenapa banyak hal yang aku lakukan dengan mereka.. ya mereka.. kenapa mereka... bolehkah aku meminta untuk melenyapkan semua kenangan indah bersama mereka.. saatu bercanda bersama tara yang mengukir senyum, saat menyebalkan bersama tama mengukir kenangan indah dan saat mencurahkan isi hati kepada reza mengukir kelegaan.. Semuanya terlalu indah untuk berlalu dari hidupku.. Hidup yang aku pikir akan seperti dongeng.. Namun.. SALAH.!!!
" kamu kenapa.? sakitnya nambah parah ya ?" fida menyadarkan lamunan senduhku
" nggak kok " aku menggelengkan kepala
" tara ?" dia melontarkan pertanyaan yang aku tak ingin mendengarnya dan aku hanya diam.
" kamu nggak mau jelasin ke dia ?" fida berkata lembut kepadaku
" nggak fi.. biarkanlah "
" kenapa ?"
" akan lebih menyakitkan jika dia menerima apa yang aku lakukan.. dan akan lebih baik jika dia menolak apa yang aku lakukan "
" aku nggak ngerti jalan pikiranmu.. tapi menurutku, bukankah lebih baik jika ada seseorang bersama mu dan menerimamu.."
" iya.. dan akan lebih menyakitkan melakukan dosa sementara ada orang yang selalu disisimu dan menerimamu dengan segala dosamu.. dan dia akan menjadi alasan untuk egoku mengorban keluargaku bukan hatiku.. jadi lebih baik gini fi.. dan biarlah dia memandangku seperti ini.. "
" aku nggak ngerti queen.. pikiranku nggak nyampe situ "
" iyaa.. nggak apa.. " aku tersenyum lemah kepadanya " udah buruan, ntar telat lagi "
" tenang ajah.. kan kerjaan deket dari sini "
" iya sih.. pantes nyantai "
" iya dong.. kamu jaga diri dulu ya selama aku tinggal.. kalo butuh apa udah tau kan "
" iya.. tenang ajah.."
" yodah aku berangkat ya.. cepet sembuh.. tidur nyenyak.."
" iya.. iya.. hati2.. udah buruan pergi "
" kamarku kok kamu yang ngusir.. daaahhh " dia menutup pintu sebelum aku berkata apapun.. fida menjadi teman yang sedikit mengerti kisahku.. dan dia pernah berkata, bahwa aku yang membuatnya dewasa namun aku selalu menjadikannya sebagai teman yang menguatkanku.. dan setidaknya kami saling membutuhkan untuk alasan yang orang takkan tau.. ya tak akan tau...
Untuk Remaja wanita yang terkadang dengan senang hati merelakannya..
Quote:Siapa bilang melakukan hubungan intim untuk pertama kali itu enak, tidak ada enaknya sama sekali.. Selain kemaluanmu terasa perih dan sakit saat lelaki menembusnya, dan masih akan tetap sakit untuk beberapa hari kedepannya.. dan belum lagi jika kau melakukannya lagi akan sakit kembali.. dan itu tak ada enaknya.. Aku tak merasa sok suci dan bersih.. Tapi bisa kah kalian merasakan sedikit rintihan kami yang tak ingin kehilangan hal itu dengan begitu saja sementara kalian justru memberikannya dengan suka rela.. Jika bisa ditukar, bolehkah aku menukarnya dengan kalian.? bolehkah.? dan jika boleh.. aku akan sangat bersyukur dan dengan senang hati bahkan menjaganya agar aku tak kehilangan lagi untuk kedua kalinya..
NEXT PART 31
" queen.. " dia memanggil ku lembut..
" hemmmm " aku mencoba menjawab dengan suara lemah ku.. fida menghampiriku dan memegang keningku " panas banget queen.. kamu sakit ini, kita ke dokter ya"
" nggak fi, istirahat bentar nanti juga sembuh kok "
" kedokter pokoknya, aku tlp taxi dulu " belum sempat aku melarangnya, dia sudah menelepon taxi, dia terlalu kahwatir kali ini.
" kita ke dokter langganan ku aja queen "
" aku punya dokter langganan fi, paling juga sakit biasa kok "
" udah kamu ikut aku ajah ya " dia berkata lembut dan aku hanya diam mengiyakan karena kondisiku yang sudah lemah ya sangat lemah..
"tiiiiinnnnnn " terdengar suara klakson samar-samar dari dalam kamar fida.. " mbak, taxinya didepan tuh " salah satu penghuni kos fida dengan pakaian super minimnya datang kekamar fida " ada pelanggan ya ?" dia sedikit melirikku yang ada dikasur " eh.. aku kira mau kerja.."
" nggak temenku sakit, jadi mau kedokter "
" ooh.. cepet sembuh deh.. aku balik dulu mbak " dia pergi berlalu dari kamar fida
" siapa fi "
" perek " dia menjawab dengan snatai
" kok kamu gitu.? sama dong dia sama aku " aku sedikit terhenyak mendengar jawaban fida.
" beda.. kalo dia emang perek, kalo kamu bukan.. liat ajah gayanya " fida mengambil tasnya dan membantuku berdiri " kuat kan ?"
" iya.. aku udah biasa sakit kok " aku membalasnya dengan senyum
" kamu berat juga ternyata "
" kemana ajah kamu " kami masih bisa bercanda disela jalan menuju taxi.
Saat kami tiba ditaxi, pak supir membukakan pintu tanpa basa basi seperti kebanyakan supir taxi.. Sepertinya dia mengerti kalau kami tak ingin berbasa basi.
" ke xxxx ya pak " fida menyebutkan alamat lengkap kepada pak supir yang di jawab dengan anggukan saja.
Dan didalam taxi kami hanya diam, mungkin fida tak menyukai jika obrolan kami didengar oleh pak supir.. Tak berapa lama didalam taxi, kami sudah sampai di tempat yang fida intruksikan dan kami turun dari taxi.. Aku melihat sekeliling.. Perumahan yang begitu mewah, dan kami memasuki salah satu rumah yang berjejer di perumahan itu.. bahkan untuk membaca plang namanya saja aku tak kuat berlama.. tak ada yang aneh saat akan memasuki rumah itu, namun setibanya didalam.. Aku mengerti, ini bukan dokter umum.. ya kalian pasti sudah tau dokter bagian apa bukan..
Aku berbaring di kasur pasien, badanku masih terasa amat lemah.. Sementara fida mungkin sedikit berbincang pada dokter itu.. Awalnya aku disuguhi oleh wajah sinis nya saat dia tau aku datang kepadanya, namun entah apa yang dikatakan fida dia menjadi lembut terhadapku, setidaknya itu tak menggangguku..
Dia tak banyak bertanya padaku, hanya memeriksa suhu tubuh dan beberapa bagian lain.. Dan tentu saja dengan keterkejutanku dia memeriksa bagian kemaluanku dengan hati yang sebelumnya meminta ijin ke padaku.. aku memandang fida sesaat yang memberikan anggukan dan aku memperbolehkannya dengan anggukan.. Mungkin ini yang ditakutkan fida sehingga dia bersikeras untuk ke dokternya.. Selesai mengecek semuanya, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun.. Sementara aku melihat raut kegelisahan di wajah fida dan aku, aku hanya bisa menerima apa yang terjadi pada diriku terlepas dari baik atau buruk semua itu, ya aku menerima konsekuensi yang akan terjadi.. Dan dokter itu menyadarkanku dari lamunan yang akan membuatku semakin terpuruk..
" nggak apa kok ini, cuma demam biasa " dokter berkata menghibur, dan fida menarik nafas dalam kelegaannya.. aku hanya bisa bersyukur " cuma kaget ajah mbaknya.. karena baru pertama.. untuk beberapa wanita wajar mengalami ini.. bla bla.. " dokter itu menjelaskan dan memberikan resep obat untuk mengurangi demam dan nyeri pada daerah kemaluanku, mungkin. Karena aku sudah tidak fokus mendengarkannya..
Tak berapa lama kami pulang.. tentu saja dengan taxi karena tak mungkin juga naik angkot diepan perumahan mewah..
--------------------
" kamu disini ajah sampe sembuh ya "
" nggak bisa fi, adek ku gimana ?"
" kalo kamu dikos juga dia nggak bisa jaga kamu, dia kuliah dari pagi sampe sore.. nah.. kalo disini aku bisa TA kan "
" tapi anda sendiri fi "
" queen untuk kali ini stop mikirin mereka "
" nggak bisa fi "
" kadang mereka yang kamu pikir masih membutuhkanmu sudah lebih mandiri dari yang kamu pikirkan.. dan mereka sudah menjadi dewasa dari yang kamu sadari " fida berkata lembut, dan aku hanya terdiam.. Aku tau adik2ku akan dewasa, tapi untuk sekarang mereka masih membutuhkanku.. tapi, ya sudahlah..
" nanti aku tlp anda, kasih penjelasan ke dia.. pokoknya kamu harus disini "
" iyaa.."
" yodah abisin tuh buryam nya "
" iyaa sabar " aku melahap perlahan buryam yang dibelikan fida.. selepas makan tentu saja aku minum obat dan istirahat..
------------------
" mau kerja ?"
" iyaa.. kamu istirahat ya.. kalo malam kan nggak serewel siang "
" emang aku rewel apa ?"
" nggak sih, tapi ngebo muluk " fida tertawa mengejekku
" namanya sakit " aku membela diri
" besok jangan kuliah dulu, aku antar surat ke kampusmu ntar "
" aku udah bisa kuliah kok "
" udah jangan bandel deh.. "
" galak amir "
" kayak kamu nggak ajah" dia menjawa sekenahnya.. dan masih berdandan ala fida.. ya fida yang suka memoles wajahnya dan memperhatikan penampilannya.. aku masih melihat dan memperhatikannya dari kaca..
" kenapa ?" dia memalingkan wajah ke arahku karena melihatku tersenyum saat dia memainkan eyeliner di matanya.
" kamu cantik " aku tersenyum lembut kepadanya
" kamu juga, teramat cantik mala " dia tersenyum membalasku
" amiin.. makasih dot "
" entookkk " dia membalas ejekanku, dan mengingatkanku akan seseorang.. ya seseorang yang memanggilku entok.. masih dalam lamunan akan sosok itu, fida membuyarkannya..
" eh.. aku masih penasaran nih "
" penasaran kenapa ? "
" jangan marah ya ?" dia memberikan ekspresi cengiran yang menakutkan
" nggak, kenapa ?"
" kok kamu bisa demam ya.? bukannya dia masih baru ya atau jangan2 dia udah pengalaman "
" apaan sih.. " aku membalas sewot
" kan janji nggak marah.. abisnya kamu sampe sakit sih " aku menarik nafas dalam dan mencoba menegarkan diriku..
" iya dia baru.."
" tau darimana "
" dimana lubangnya ajah dia nggak tau.." aku berkata lemah yang disambut dengan tawa oleh fida.. " apaan sih mala ketawa "
" sorry queen, bukannya aku nggak ngerti perasaanmu.. tapi aku lucu ajah bayanginnya "
" jangan dibayangin, aku bisa nangis "
" kamu masih sama queen "
" maksudnya ?"
" iya.. masih queen yang aku kenal dan menggemaskan kalo godain kamu " dia menghampiriku dan mengusap kepalaku.. yaa.. lagi mengingatkanku pada tara dan tama yang sering melakukan itu kepadaku.. Ah.. kenapa sesalu ada kenangan yang mengingatkan mereka berdua.. dan kenapa selalu mereka dalam hariku yang singkat.. kenapa semuanya tentang mereka.. kenapa banyak hal yang aku lakukan dengan mereka.. ya mereka.. kenapa mereka... bolehkah aku meminta untuk melenyapkan semua kenangan indah bersama mereka.. saatu bercanda bersama tara yang mengukir senyum, saat menyebalkan bersama tama mengukir kenangan indah dan saat mencurahkan isi hati kepada reza mengukir kelegaan.. Semuanya terlalu indah untuk berlalu dari hidupku.. Hidup yang aku pikir akan seperti dongeng.. Namun.. SALAH.!!!
" kamu kenapa.? sakitnya nambah parah ya ?" fida menyadarkan lamunan senduhku
" nggak kok " aku menggelengkan kepala
" tara ?" dia melontarkan pertanyaan yang aku tak ingin mendengarnya dan aku hanya diam.
" kamu nggak mau jelasin ke dia ?" fida berkata lembut kepadaku
" nggak fi.. biarkanlah "
" kenapa ?"
" akan lebih menyakitkan jika dia menerima apa yang aku lakukan.. dan akan lebih baik jika dia menolak apa yang aku lakukan "
" aku nggak ngerti jalan pikiranmu.. tapi menurutku, bukankah lebih baik jika ada seseorang bersama mu dan menerimamu.."
" iya.. dan akan lebih menyakitkan melakukan dosa sementara ada orang yang selalu disisimu dan menerimamu dengan segala dosamu.. dan dia akan menjadi alasan untuk egoku mengorban keluargaku bukan hatiku.. jadi lebih baik gini fi.. dan biarlah dia memandangku seperti ini.. "
" aku nggak ngerti queen.. pikiranku nggak nyampe situ "
" iyaa.. nggak apa.. " aku tersenyum lemah kepadanya " udah buruan, ntar telat lagi "
" tenang ajah.. kan kerjaan deket dari sini "
" iya sih.. pantes nyantai "
" iya dong.. kamu jaga diri dulu ya selama aku tinggal.. kalo butuh apa udah tau kan "
" iya.. tenang ajah.."
" yodah aku berangkat ya.. cepet sembuh.. tidur nyenyak.."
" iya.. iya.. hati2.. udah buruan pergi "
" kamarku kok kamu yang ngusir.. daaahhh " dia menutup pintu sebelum aku berkata apapun.. fida menjadi teman yang sedikit mengerti kisahku.. dan dia pernah berkata, bahwa aku yang membuatnya dewasa namun aku selalu menjadikannya sebagai teman yang menguatkanku.. dan setidaknya kami saling membutuhkan untuk alasan yang orang takkan tau.. ya tak akan tau...
Untuk Remaja wanita yang terkadang dengan senang hati merelakannya..
Quote:Siapa bilang melakukan hubungan intim untuk pertama kali itu enak, tidak ada enaknya sama sekali.. Selain kemaluanmu terasa perih dan sakit saat lelaki menembusnya, dan masih akan tetap sakit untuk beberapa hari kedepannya.. dan belum lagi jika kau melakukannya lagi akan sakit kembali.. dan itu tak ada enaknya.. Aku tak merasa sok suci dan bersih.. Tapi bisa kah kalian merasakan sedikit rintihan kami yang tak ingin kehilangan hal itu dengan begitu saja sementara kalian justru memberikannya dengan suka rela.. Jika bisa ditukar, bolehkah aku menukarnya dengan kalian.? bolehkah.? dan jika boleh.. aku akan sangat bersyukur dan dengan senang hati bahkan menjaganya agar aku tak kehilangan lagi untuk kedua kalinya..
NEXT PART 31