Tara
Setelah aku bisa benar-benar menenangkan diri, aku memberitahu anda bahwa aku tak akan pulang malam ini karena menemani tara.. dan memberi kabar kepada beberapa teman bahwa tara terkena musibah.. setidaknya mereka wajib tau, sementara untuk orang tua tara, aku masih menunggu dipagi hari.. aku sudah tidak memikirkan bagaimana kondisiku saat itu ya, aku sudah terlalu kahwatir terhadap tara.. Sesekali aku memperhatikannya, sepertinya kondisinya sudah mulai membaik dan mungkin dia akan membaik.." istirahat dulu, kamu juga butuh istirahat " dia menyadarkanku dalam lamunanku
" nanti ajah, aku belum bisa tenang "
" aku yang jagain dia, kamu tidur dulu sana " aku berpikir sesaat " udah, nggak apa, aku yang jaga dia "
" iyaa.. makasih yaa "
" iyaa.. santai ajah " kali ini dia seperti orang normal
Aku merebahkan badanku di kasur yang ada disebelah tara, kebetulan tidak ada pasien dikasur tersebut, jadi aku bisa memakainya sementara waktu.. Dia duduk disebelah kasurku sambil menjaga tara dan melihat TV dengan suara yang super kecil, ntah untuk sekedar mengusir kebosenan atau apalah namanya.. yang pasti dia sangat baik malam ini...
----------------
Entah sudah berapa lama aku tertidur, dia sudah disebelahku dengan lembut membangunkanku..
" queenn, ayo bangun " suara lembut menyapa pagiku, perlahan aku membuka mataku, mencoba memfokuskannya agar sadar dari tidurku. kulihat dia didepanku ya didepanku..
" tara ?" hanya itu kata yang terlontar dari mulutku.
" dia baik2 ajah.. "
" syukurlah.. " aku sedikit lega.
" mandi sama sarapan dulu sebelum ketemu dia, biar keliatan manisnya "
" eh.. maksudnya ?"
" iya.. masak orang sakit disuruh liat mukamu yang kucel gitu " seketika aku memperhatikan baju dan memegang rambut bahkan wajahku memastikan kata2nya dan sepertinya aku memang kacau.
" tapi aku nggak bawa baju "
" udah nggak usah dipikirin, nih " dia menyodorkan bungkusan kepadaku
" apa ini ?"
" baju, kayaknya seukuranmu "
" dapat darimana ?"
" supir "
" supir siapa ? nyuri ya ?"
" emang aku ada tampang tukang nyuri baju apa "
" eh.. nggak sih.. trus dari mana dong ?"
" supir aku suruh bawain dari rumah, dirumah ada beberapa baju cewek, udah intinya gitu.. nggak usah banyakan nanya "
" iih.. cuma tanya doang juga "
" bawel banget ternyata " dia seperti berbisik pada diriku
" apa ?"
" nggak apa, buruan mandi sana.. trus sarapan, perlengkapan mandi ada dikamar mandi semua "
" da.. " belom lagi aku sempat menyelesaikan kalimatku, dia sudah menjawabnya " supir.. udah jangan banyak tanya. buruan "
Aku bergegas kekamar mandi membersihkan badanku, belum lagi aku teringat handuk dll.. Ternyata dikamar mandi sudah disediakan olahnya.. dan semuanya lengkap masih baru bahkan harum.. harumnya seperti wanita..ya mungkin punya adiknya atau kakaknya, aku hanya berusaha berpikir begitu..
-------------------
Aku mengeluarkan isi dari bungkusan yang diberikannya, Semuanya bajunya bagus dan tergolong mahal, harum, kesannya cewek banget berbeda denganku yang lebih suka pakai celana dan hanya memakai rok jika itu tuntutan kerja atau sekolah.. Aku memilih memakai baju bercorakan warna merah lembut karena aku suka warna merah dan dia memberiku beberapa warna dan lebih terkejutnya aku.. Didalam bungkusan itu ada dalaman ceweknya juga.. Ahh.. nih cowok sialan banget sih, baik sih baik tapi kalo sampe dikasih daleman juga namanya agak gilaa.. Tapi ya memang aku membutuhkannya dan memang pas denganku.. Kebetulan yang sangat aneh.. Baju yang pas, warna yang aku suka, dalaman yang pas dan semuanya memang aneh, seakan akan sudah direncanakan..
Seketika aku bergidik memikirkan kejadian saat aku tidur, apa yang dia lakukan,? bisa saja dia mengukurnya,. atau bisa saja dia mencoba mencaritahu ukuran badanku.. Tapi.. ah.. sudahlah.. aku buang pikiran buruk itu jauh-jauh.. Dan dengan capet aku berganti pakaian..
" gimana ? pas nggak ?" aku sudah keluar dari kamar mandi meminta pendapatnya.
Dia menoleh ke arahku tanpa kata dan hanya membisu, raut wajahnya berubah seperti kegelapan malam saat dia duduk di kafe.. ya raut wajah kesepian yang mendalam..
" aneh ya ? apa aku ganti ajah " aku mencoba membuka pembicaraan agar posisi kami lebih mengenakan
" mm.. nggak kok, bagus.. cocok "
" beneran ?"
" iyaa.. udah ku duga bakal cocok "
" makasih ya baju pinjemannya.. "
" buatmu ajah, cocok sama kamunya "
" eh.. kok bisa ?"
" iyaa.. aku emang nyari orang yang pas sama baju itu.. udah sarapan dulu sana "
" tara ?"
" sarapan dulu, baru boleh lihat dia "
Aku hanya mencoba mengintip dari balik tirai pembatas kasur, namun tak terlihat sedikitpun bagaimana wajah tara, hanya ujung kakinya yang terlihat olehku..
" udaah sarapan.. bandel amat sih "
" tapppp "
" udah yuk.. dia baik2 ajah kok " dia menarik tanganku dan menggiringku kekantin..
--------------
" makan apa ?"
" apa ajah yang ada "
" nggak ada jual yang gitua disini, buruan makan apa ?"
" yodah samain ajahlah.. ribet amat "
" nih anak.. cepetan makan apa ?"
" kamu ini loh.. aku tuh doyan apa ajah.. udah pesanin apa ajah bakal aku makan kok "
" tikus mau ?"
" kamu ajah yg makan kalo itu "
" tuhh.. makannya mau makan apa "
" apa ajah "
" terserahlah " dia meninggalkanku dengan sedikit kesal dan kembali membawa makanan yang dipesannya..
-------------------
Aku kembali keruangan tara, dan benar saja tara baik-baik saja saat aku tiba disana dia sudah bangun dari tidurnya.. hanya saja dia masih belum bisa sepenuhnya untuk melakukan aktifitas seperti biasanya.. dia hanya sesekali berbicara dan terkadang dia terlihat lemah.. ya dia masih belum pulih.. namun dia membaik.. Aku memutuskan untuk menelepon orang tuanya, berkata bahwa tara sakit namun sudah membaik.. jadi mereka tak perlu datang kesini karena aku dan beberapa teman akan menjaganya..
Aku meminta ijin kepada teman-teman SC untuk tak mengikuti aktifitas selama beberapa hari, setidaknya sampai tara benar-benar baikan.. namun aku tak meninggalkan pekerjaanku karena aku butuh pemasukan dan anda.. dia akan semakin menangis bahkan bosan di kos..
Tara tak banyak bicara, hanya sesekali meminta minum atau berbisik dan aku mengerti, dia belum sepenuhnya puli melihat luka dikepala dan bagian wajahnya yang cukup parah membuatnya membutuhkan waktu yang lama untuk bisa kembali normal dalam menyikapi kami..
" kamu nggak pulang ?"
" nggak, kenapa ?"
" ortumu ?"
" udah ijin kok "
" urusan mu "
" nggak ada "
" eng... "
" kenapa ? kamu mau aku pergi ?"
" eeh.. nggak kok "
" trus.. kok tanya gitu ?"
" aku nggak enak ajah kamu disini trus nemenin aku "
" kan aku udah janji "
" kapan ?"
" ntar juga kamu inget " aku menjadi bingung karena sikapnya yang aneh.
" udah tidur ?"
" udah tadi sebentar "
" tidur geh.. biar aku yang jaga tara "
" nggak apa.. santai ajah.. aku udah biasa "
" yodah deh "
Kami tak banyak bicara.. aku lebih memilih duduk dan menemani tara.. dia sedang berbaring dikasur kosong.. tirai penutup di singkirkannya agar lebih leluasa.. dalam keheningan, ada suara ketukan pintu kamar yang terbuka.. aku dan dia sama-sama menoleh kearah suara itu.. namun yang kami dapati adalah tatapan bingung dari teman yang akan mengunjungi tara..
" kalian udah datang.. masuk geh " aku menyambut mereka dengan senyuman
" eeh.. iya queen " mereka masuk satu persatu kedalam ruangan, namun tatapan mereka masih bingung dengan seseorang yang ada dikasur dengan kecuekannya.. Lara memberikan isyarat seperti bertanya "siapa dia?" dan akupun sadar kalau mereka tak mengenalnya..
" oyaa.. kenalin ini temen kuliah ku sama tara " aku membuka topik perkenalannya dengan lara dan yang lain.. dan dia tak menyebutkan namanya.. dsar aneh..
" gimana kondisinya tara ?" lara bertanya kepadaku, sementara anak lain sudah masuk dan melihat tara.. ada yang merapikan buah tangan yan dibawa mereka
" baikan kok.. cuma ya harus istirahat lah.. ini dia sadar tapi nggak bisa banyak gerak n ngomong "
" iyalah.. lukanya ajah sampe kayak gitu "
" iyaa.. makannya aku nggak ajak dia ngobrol.. "
" kamu nginep sini queen ?" haris bertanya kepadaku
" iya ris.. jagain tara lah.. kan nggak ada sodara sama kayak aku "
" sendiri ?" ardi sudah menyambung haris
" kagak, ditemenin nih anak "
" oooh.." mereka seakan mencoba mengerti dan memberi ekspresi aneh terhadap satu sosok yang tak pernah mereka tau sedikitpun
" eh.. bukannya lu kerja ya ?" aya bertanya ditengah kebingungan mereka
" iyaa.. "
" trus ntar malam yang jagain siapa ?"
" belom dipikirin nih yaa "
" yodah, kita gantian ajah jagainnya.. mau queen ?" ardi memberkan ide untuk meringankan ku
" beneran nih ?"
" iyalah.. mumpung lagi liburan.. lagian malam juga kan biasanya juga nongkrong bareng sama nih anak, itung2 pindah tempat tongkrongan ajahlah"
" makasih yaa "
" yee.. santai ajah kali.. mumpung bisa nemenin "
Obrolan pun berlanjut seperti baisa hanya berbeda kondisi, suara lebih pelan dan lebih berhati-hati agar tak mengganggu tara. Setelah lewat jam makan siang mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan sore hari akan datang untuk menggantikan ku.. Dia masih dengan kecuekannya diatas kasur melihat TV dan aku memilih memperhatikan tara yang terkadang terpejam seperti orang yang sedang mabuk..
Keheningan siang ini membuatku tak menyadari sosok yang pernah mengusik rasa penasaranku kini ada satu ruangan denganku dan disampingku dengan kondisi yang berbeda, dia normal sama seperti yang lain.. Dan dia tanpa sadar tertidur dalam mimpi indahnya.. kulihat wajahnya, begitu teduh dan menyenangkan.. sebenarnya dia memang sangat menyenangkan jika dia tidak memendam kesedihan dalam wajah sendunyaa..
NEXT PART 17