Maaf, ya. Ini bukan update.
Terpaksa saya harus menulis ini karena terus terang inilah yang membuat mood nulis saya jadi buruk banget.
Kenapa?
Jadi gini, tadinya saya berusaha nggak mau nyinggung-nyinggung kalau novel saya ada yang bajak dengan dibuat ebook-nya. Sempat ternganga juga saat tahu berapa views-nya dalam waktu belum genap sebulan ketika diunggah. Views-nya hampir menyampai karya-karya penulis lain yang jauh lebih populer.
Tahu gitu, apa reaksi saya? Sediiiiih bener. Sakiiiiit hati banget ketika mengingat bagaimana perjuangan saya dari mulai membuat outline, riset, menulis, memperjuangkan ke penerbit yang saya inginkan, menunggu terbit yang lumayan lama, revisi yang melelahkan, tapi saat sudah terbit malah ketemu model pembaca yang nggak bisa menghargai jerih payah penulis. ðŸ˜ðŸ˜
Tapi, saat itu saya masih berusaha menyimpannya sendiri karena kalau saya ungkit di medsos, justru banyak pembaca yang belum tahu pada nyari itu.
Sampai akhirnya satu per satu ada pembaca yang nggak tahu diri ini DM saya.
Ada yang minta maaf karena telah khilaf.
Ada yang nanya gimana cara download-nya?
Dan baru saja tadi ada yang DM, dia baca ebook-nya pakai ditambah hehe.
Jujur, baca itu, saya yang susah payah membangun mood, jadi ancur lagi karena ketemu model pembaca macam ini.
Saat saya balas dengan banyak nasihat, karena nggak pakai emot, eh dibilang galak. Santai aja. Udah kuhapus kok ebook-nya.
Tanpa minta maaf. 3
See?
Gimana perasaan saya sebagai penulis?
Ini bukan soal royalti saya yang dicuri. Kalau dilihat dari royaltinya itu paling cuman 10 % masih dipotong pajak 15 %.
Tapi, untuk menulis itu butuh perjuangan yang nggak mudah. Apalagi saya berjuang dari nol. Benar-benar dari nol. 2
Belum riset dan revisi yang melelahkan.
Di belakang penulis, jangan lupa di sana ada editor, proof reader, lay out, desain cover, tim pemasaran dsb. Mereka pun juga ikut berjuang keras hingga buku bisa diterbitkan dan dipasarkan.
Kebayang kalau buku yang susah payah diterbitkan itu justru malah banyak yang nyari buku bajakan atau ebook bajakannya?
Apalagi saat pandemi gini, semua penerbit tengah mengencangkan ikat pinggangnya. Saat ini, toko buku offline banyak yang tutup. Penjualan sangat mengandalkan dari online.
Bahkan, saya dengar ada yang sampai harus mem-PHK karyawan, merumahkan sementara tanpa gaji, ada juga yang memotong setengah gajinya.
Royalti-royalti penulis pun banyak yang terpaksa harus ditunda karena pembayaran dari toko buku juga mengalami hambatan. Padahal nggak sedikit penulis yang benar-benar mengandalkan royalti mereka untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Kemarin saya baca komen-komen penulis ini, nangis bener bacanya. Karena mereka benar-benar mengandalkan royalti untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya jauh lebih beruntung, karena saya masih punya penghasilan dari yang lain selain menulis.
Dan tahukah? Saat ini, banyak penerbit yang sampai harus memberi diskon gede-gedean agar mereka tetap survive.
Beberapa waktu lalu saat editor in chief wapri saya kalau mau transfer royalti, dia sampai minta didoain agar tetap bertahan.
Ya Allah, nangis bener saat saya nulis ini.
Sekali lagi, ini bukan soal royalti saya yang nggak dapat bagian andaikata dia baca ebook bajakannya.
Jauh dari itu, mereka (para pembajak dan pendukung buku bajakan dan ebook bajakan) sudah menyakiti siapa saja?
Siapa saja yang mereka dhalimi?
Kalau ada yang mikir, alah cuman satu aja pasti nggak ngaruh.
Bayangkan, ada ribuan, belasan atau bahkan puluhan ribu pembaca lain yang punya pemikiran serupa, "Cuman satu pasti nggak ngaruh."
Satu yang dikali seribu, dua ribu hingga sekian ribu.
So, please, dari hati saya, saya mohon untuk selalu mendukung karya yang asli. Hargai kami yang telah berjuang susah payah untuk menerbitkan buku.
Jika banyak dari kalian mendukung yang bajakan, bagaimana dengan penulis, penerbit, toko buku, sampai ke marketer?
Dari sebuah buku, ada banyak aliran rezeki ke mereka. Sedikit jika dikalikan itu jadinya banyak dan itu akan jadi keberlangsungan untuk mereka. Termasuk pada keluarga yang mereka nafkahi.
Jangan diartikan penulis yang tegas soal pembajakan ini dikatain pelit yang cuman mikirin duit.
Sebuah karya itu ibarat anak kandung kita sendiri. Seorang ibu pasti akan bereaksi galak ketika anaknya disakitin, kan?
So, hargai karya penulis dengan membeli yang asli. Jika belum punya uang, bisa nabung dulu. Atau ajakin teman-temannya untuk patungan.
Kalau mau gratisan, tetap jadilah pembaca yang elegan. Bisa ikut giveaway. Ikutin akun medsos penulis karena biasanya ketika novel baru terbit itu akan ada giveaway. Atau kalau novelnya ada di Ipusnas, bisa pinjam ke sana. Atau kalau temanmu ada yang punya, boleh pinjam. 1
Kalian masih bisa baca novel secara gratis, tapi nggak sampai nyakitin kami.
Sementara kalau kalian nekat beli atau bahkan download yang bajakan, itu sama halnya kalian mendukung para pembajak ini. Dan jangan lupa, kalian juga memberi pemasukan yang nggak halal ke mereka. Kebayang kalau dari pemasukan yang nggak halal ini mereka berikan untuk anak dan istri.
Kalau kalian mikir, toh cuman download. Jangan lupa tiap nge-klik itu artinya ada pemasukan ke mereka.
So, mulai hari ini, hargai karya penulis, ya. Beli yang asli.
Saya sudah mengingatkan ini. Andaikata setelah baca ini kok masih ada yang nekat. Itu akan jadi tanggung jawab kalian dengan Tuhan. 1
Yang jelas, saya nggak akan rela kalau karya saya didapat dan dibaca secara ilegal. 1
Maaf, kalau kesannya galak. Coba pahami di posisi kami saja. Dan semoga kalian bisa memahaminya. 4
Salam. 6